Berkontribusi Tingkatkan Kapasitas Pemimpin Indonesia, UI Kembali Gelar Leadership Development Series ‘How Can Digitalization Improve Organization Performance?’
JAKARTA – (5/7/2023) Universitas Indonesia melalui unit kerja khusus Daya Makara dan Leadership Development Center (LDC), kembali menggelar kegiatan bertajuk Leading in Digital Era ‘How Can Digitalization Improve Organization Performance?’ sebagai rangkaian dalam Leadership Development Series. Kegiatan ini dilaksanakan di ASTON Simatupang Hotel & Conference Center Jakarta selama dua hari, pada Rabu (5/7) dan Kamis (6/7).
Pada series kali ini, para pimpinan berkesempatan memahami peluang dan pengaruh dalam bisnis digital, ekonomi digital, dan artificial intelligence terhadap organisasi. Selain itu, menambah pengetahuan terkait kebutuhan dan kesiapan organisasi untuk transformasi digital dan bernavigasi lebih produktif.
CEO UI Leadership Development Center Frits Soejoedi dalam opening speechnya mengutarakan, “Pelatihan ekslusif ini telah dilakukan oleh berbagai universitas terkemuka di dunia. Oleh karena itu, Universitas Indonesia ingin terus memberdayakan setiap potensi yang ada untuk memajukan Indonesia, tak terkecuali di bidang leadership ini.”
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, Ph.D. yang dalam kariernya pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan (2014 – 2016), Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) (2016 – 2019), dan Menteri Riset dan Teknologi / Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (2019 – 2021) hadir sebagai pembicara.
Memulai paparannya, Prof. Bambang mengatakan bahwa ada pertumbuhan eksponensial konsumen digital pasca-pandemi. Melihat kemajuan baik itu, tampaknya Indonesia harus memanfaatkan ekonomi digital untuk mendorong perekonomian dan pembangunan negara agar tumbuh cepat, dari status terbaru upper middle income ke high income country.
Ia menerangkan, “Meski kita semua lega telah melalui sulitnya hidup dalam masa pandemi, tetapi tak bisa disangkal ada blessing in disguise atau manfaat yang tidak terlihat. Sebelum pandemi, pemerintah telah mencanangkan percepatan transformasi digital nasional. Namun, baru terakselerasi jauh lebih cepat saat pandemi.”
“Pengguna yang awalnya terpaksa menggunakan teknologi digital, justru hingga kini jumlahnya terus naik tanpa ada penurunan. Bahkan, kita mulai menganggap digitalisasi adalah bagian dari rutinitas keseharian yang membuat hidup lebih mudah dan efisien,” imbuhnya.
Menurut Prof. Bambang, sudah sepatutnya bagi perusahaan dan individu untuk survive dengan go digital, berorientasi pada data dan cerdas secara digital. Lebih dari sekadar service, bisnis digital akan bertumbuh apabila mampu menawarkan experience atau sensasi kemudahan, sebagai solusi dari perubahan consumer behaviour saat ini.
Terlebih, melihat potensi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia sangat terkait dengan faktor bonus demografi penduduk Indonesia berusia muda yang adaptif terhadap teknologi digital, sekitar 240 juta pengguna internet pada 2022.
Prof. Bambang pun membahas mengenai pentingnya keberlanjutan untuk dekade digital Asia Tenggara, yang mencakup lingkungan, sosial, dan tata kelola. Di sektor inti ekonomi digitalnya, keberlanjutan adalah prioritas utama karena tingginya kerentanan kawasan ini terhadap risiko perubahan iklim.
Jika dioptimalkan, keluaran karbon dari saluran digital bisa jauh lebih rendah daripada tradisional. Misalnya saja, untuk mengurangi dampak lingkungan e-commerce sebesar 30-40%, perusahaan logistik dapat mengadopsi kendaraan listrik untuk pengiriman jarak jauh, memusatkan operasi di pusat distribusi satelit, dan meminimalkan limbah kemasan melalui reduction dan recycling.
Lalu, industri transportasi online dapat mengurangi dampak lingkungannya sebesar 20-30% melalui strategi meminimalkan waktu tunggu pengemudi, mengoptimalkan rute mengemudi dengan teknologi pemetaan, dan meningkatkan penggunaan kendaraan listrik melalui kemitraan regional dengan produsennya.
Data SMERU (2022) mencatat bahwa hanya kurang dari 1% pekerja Indonesia yang telah memiliki keterampilan digital lanjutan. Akhir kata, Prof. Bambang mengatakan bahwa Indonesia perlu berfokus pada program peningkatan keterampilan untuk memenuhi tuntutan ekonomi digital. Selain itu, menjembatani kesenjangan digital dan memastikan akses teknologi digital yang sama untuk semua lapisan masyarakat.
Turut hadir pada hari pertama, Juan Kanggrawan (Head of Data Analytics & Digital Products Jakarta Smart City) dan Entjik S. Djafar (Presiden Direktur DanaRupiah). Lalu pada hari kedua, Rio Ferdinand Kiantara (CEO Adivisia Group dan Direktur Keanggotaan dan Komersialisasi KORIKA) dan Timothy Utama (Direktur Information Technology PT Bank Mandiri).
Dalam program pelatihan eksklusif ini, Universitas Indonesia ingin membantu para pimpinan organisasi di Indonesia, termasuk di antaranya leaders, executive, Board of Directors (BoD), Board of Commissioners (BoC), division heads, general manager, dan siapapun yang siap jadi pemimpin. (hr)